- įŃŃį§į±Šøį³ ĻŠ¾įŠµŃ ŃŃŠ¾
- Š©ŃŃŃŠæŃįį“ ŃŠøŠ½ŃоĻį
- Š”ŃŠ²ĪøĻÕŠ³ аж
- Ī©ŠŗŃŠ° ĻŠ°Ī³ Õ¶ аβαвŃįĻ
- Õ įŠ“ŠµĪ“ŃÕ©
Sifatbambu yang dimanfaatkan untuk membuat konstruksi air mancur adalah.. - 23474229 AlyaAal AlyaAal 04.08.2019 Seni Sekolah Menengah Pertama terjawab Sifat bambu yang dimanfaatkan untuk membuat konstruksi air mancur adalah.. b.mudah di bentuk c.mudah dipotong d.batangnya berwujud pipa 2 Lihat jawaban Iklan Iklan dzakwan4550
Apakah anda sudah tahu mengenai bagaimana cara membuat air mancur bambu tanpa listrik? Jika belum, maka kami sarankan agar anda simak baik-baik penjelasan yang akan kami berikan di bawah ini agar nantinya anda bisa menjadikannya sebagai salah satu cara untuk membuat air mancur yang bisa anda letakkan di taman maupun kolam ikan yang ada di rumah yang tidak menginginkan untuk memiliki air mancur? Air mancur akan memberikan suasana hening dan menenangkan dengan suara gemerciknya sehingga bisa dikatakan bahwa air mancur bisa menjadi salah satu solusi untuk menghilangkan stress di tengah kesibukan dan tuntutan rumah yang satu ini bisa bermanfaat di dalam menghilangkan suasana gersang yang ada pada rumah, terlebih lagi jika sudah memasuki musim kemarau atau musim panas yang akan membuat rumah tampak lebih panas dari kondisi biasanya. Ada banyak bahan utama untuk pembuatan air mancur, salah satunya adalah dengan menggunakan bambu yang akan membawa tampilan yang begitu indah, meskipun rumah anda termasuk ke dalam kategori ciri-ciri rumah dari itu, kali ini kami akan memberikan penjelasan kepada anda tentang bagaimana cara membuat air mancur bambu tanpa listrik. Sebelum itu, kami menyarankan agar anda mempelajari informasi lainnya dari kami yaitu cara menyimpan peralatan dapur dan juga cara menata kamar kost yang Membuat air mancur dari bambu dan guciCara membuat air mancur dari bambu tanpa listrik yang pertama adalah dengan menggabungkan dua bahan utama, yakni bambu dan juga guci untuk semakin membuat tampilan taman atau kolam ikan anda lebih mengagumkan yang akan membuat siapapun yang melihatnya merasa takjub dan ingin berlama-lama itu, kedua bahan ini sangat cocok bagi anda yang sedari awal ingin menerapkan konsep pedesaan pada rumah anda yang saat ini sudah mulai ditinggalkan padahal konsep rumah pedesaan akan membawa hawa atau udara yang lebih sejuk sehingga membuat anggota keluarga pun semakin mengenai bentuk dari air mancur bambu dan guci ini tentu tidak terlalu ribet dan anda juga tidak kesulitan untuk membuatnya. Yang harus anda lakukan adalah dengan menyambungkan setiap bambu yang anda miliki sehingga bisa menghasilkan air mancur dan kemudian menjadikan guci sebagai tempat penampungan dari air tersebut. Meskipun memang terlihat sederhana, namun anda jangan meremehkan hasil yang akan anda dapatkan karena cara sederhana inilah yang akan membuat tampilan rumah anda semakin Air mancur dari bambu dan tanaman rambatJika sebelumnya anda menggabungkan antara bambu dan juga guci, maka sekarang kami akan menjelaskan tentang cara membuat air mancur bambu tanpa listrik dengan menggabungkan antara bambu dan juga tanaman rambat. Tanaman rambat memang menjadi salah satu jenis tanaman yang sering digunakan karena memang tanaman ini termasuk ke dalam kategori tanaman hias. Memiliki tanaman rambat akan membuat rumah terlihat lebih unik dimana ia biasanya akan diletakkan di pagar atau tiang-tiang yang ada di depan rumah menggabungkan dua bahan ini, maka rumah anda akan terlihat lebih segar dan tenang, terlebih lagi jika sudah memasuki musim gugur, asalkan memang anda harus tetap merawat dan menjaganya dengan baik agar tanaman rambat tersebut bisa tumbuh subur. Selain itu, kombinasi antara air mancur bambu dan juga tanaman rambat sangat cocok bagi anda yang ternyata tidak memiliki kebun dengan banyak tanaman hias, namun masih ingin menghadirkan nuansa alam bebas pada rumah anda. Dan kami sarankan agar anda memiliki tanaman rambat yang mudah untuk dirawat sehingga anda tidak harus ribet merawat tanaman rambat tersebut, terlebih lagi bagi anda yang memiliki kegiatan yang cukup Air mancur dari bambu dan ember kayuAir mancur dari bambu yang ketiga adalah dengan mengkombinasikan antara bambu dan juga ember kayu. Untuk ember kayu, anda bisa membelinya di toko yang ada di sekitar rumah anda, dimana nanti ember tersebut akan berguna sebagai tempat penampung air. Dan karena fungsinya sebagai tempat penampung air, maka tentu saja anda harus membeli ember kayu dengan ukuran yang sedang sampai besar, tergantung ukuran taman dan air mancur yang ingin anda gabungan dari bahan ini akan memberikan tampilan yang mengagumkan sehingga akan memberikan kesan nyaman dan rustic pada rumah anda. Selain itu, untuk semakin mempercantik tampilan air mancur anda, kami sarankan agar anda meletakkan beberapa bunga teratai pada ember tersebut sehingga akan memberikan nilai tambah tersendiri untuk air mancur yang anda anda yang tidak ingin menggunakan bunga teratai, anda masih bisa menggunakan jenis tanaman yang lainnya yang tidak busuk karena akarnya selalu terendam dengan air. Beberapa jenis tanaman tersebut antara lain seperti cobomba, waterweeds, watercress, dan lain Air mancur dari bambu tanpa penampung airUntuk jenis air mancur yang satu ini tidak membutuhkan ember kayu, guci, maupun benda lainnya yang akan anda fungsikan sebagai tempat penampung air. Akan tetapi, anda sebenarnya masih menggunakan penampung air namun fungsinya lebih dari sekedar itu, yakni air mancur anda langsung mengalir pada kolam ikan anda. Dengan kata lain, anda hanya perlu menyambungkan satu bambu dengan bambu yang lainnya sampai pada akhirnya nanti bambu tersebut mengalir ke dalam terlihat lebih sederhana dan tidak membutuhkan usaha atau peralatan yang lebih untuk melakukannya, namun cara seperti ini terbukti ampuh dan tidak kalah jika dibandingkan dengan air mancur lainnya, terlebih bahan yang anda gunakan berupa bambu yang tentu saja akan membuat kesan alami dan membawa konsep informasi yang bisa kami berikan kepad anda. Kami juga menyarankan agar anda mendapatkan informasi lainnya dari kami yaitu cara membuat taman kecil di depan rumah dan juga cara merawat kolam renang di musim hujan. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat membantu anda mendapatkan air mancur yang sesuai dengan keinginan anda.
ABSTRAK Arsitektur tradisional nusantara telah memanfaatkan bambu sebagai material konstruksi, salah satunya adalah sebagai penutup atap. Walaupun pemanfaatan bambu ini sangat berlawanan dengan prinsip-prinsip mengoptimalkan durabilitas bambu, seperti menghindari bambu dari sinar matahari langsung dan air, tapi atap bambu masih diaplikasikan pada arsitektur kontemporer. Penelitian ini akan mengkaji pemanfaatan bambu sebagai material atap ditinjau dari 2 aspek, yaitu 1 bentuk bangunan dan atap 2 bentuk dan konstruksi material bambu. Penelitian ini merupakan penelitian literatur dengan metode deskriptif, komparatif dan korelatif dengan analisis kualitatif. Studi kasus arsitektur tradisional adalah rumah adat Cikondang, Bali, Toraja, dan Kampung Bena. Sedangkan studi kasus arsitektur bambu kontemporer adalah Pasar Jumoyo, Pearl Beach Lounge, Candidasa Bamboo Wedding Chapel, Bali Eco Village dan Gereja Bambu. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pemanfaatan sirap bambu masih digunakan pada arsitektur bambu kontemporer, sedangkan pemanfaatan atap kalaka satu lapis maupun multi lapis sudah tidak lagi digunakan. Atap pelupuh bambu banyak digunakan pada arsitektur bambu kontemporer namun tidak memiliki preseden pada arsitektur tradisional nusantara. Faktor yang berpengaruh dalam aplikasi penutup atap bambu adalah jumlah material yang digunakan, kemudahan konstruksi dan juga kemampuan beradaptasi dengan bentuk-bentuk arsitektur bambu kontemporer yang cenderung mengambil bentuk organik. Kata Kunci penutup atap bambu, sirap, bilah, pelupuh, tradisional, kontemporer. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 320 PEMANFAATAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL PENUTUP ATAP PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN KONTEMPORER DI INDONESIA Anastasia Maurina1, dan Santoso Sukangto Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan 1Surel ABSTRAK Arsitektur tradisional nusantara telah memanfaatkan bambu sebagai material konstruksi, salah satunya adalah sebagai penutup atap. Walaupun pemanfaatan bambu ini sangat berlawanan dengan prinsip-prinsip mengoptimalkan durabilitas bambu, seperti menghindari bambu dari sinar matahari langsung dan air, tapi atap bambu masih diaplikasikan pada arsitektur kontemporer. Penelitian ini akan mengkaji pemanfaatan bambu sebagai material atap ditinjau dari 2 aspek, yaitu 1 bentuk bangunan dan atap 2 bentuk dan konstruksi material bambu. Penelitian ini merupakan penelitian literatur dengan metode deskriptif, komparatif dan korelatif dengan analisis kualitatif. Studi kasus arsitektur tradisional adalah rumah adat Cikondang, Bali, Toraja, dan Kampung Bena. Sedangkan studi kasus arsitektur bambu kontemporer adalah Pasar Jumoyo, Pearl Beach Lounge, Candidasa Bamboo Wedding Chapel, Bali Eco Village dan Gereja Bambu. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pemanfaatan sirap bambu masih digunakan pada arsitektur bambu kontemporer, sedangkan pemanfaatan atap kalaka satu lapis maupun multi lapis sudah tidak lagi digunakan. Atap pelupuh bambu banyak digunakan pada arsitektur bambu kontemporer namun tidak memiliki preseden pada arsitektur tradisional nusantara. Faktor yang berpengaruh dalam aplikasi penutup atap bambu adalah jumlah material yang digunakan, kemudahan konstruksi dan juga kemampuan beradaptasi dengan bentuk-bentuk arsitektur bambu kontemporer yang cenderung mengambil bentuk organik. Kata Kunci penutup atap bambu, sirap, bilah, pelupuh, tradisional, kontemporer. PENDAHULUAN Bambu sangat melimpah dengan beragam jenisnya di seluruh Indonesia, dimana penyebaran terbanyak adalah di Pulau Jawa dimana terdapat lebih dari 5 juta rumpun, penyebaran kedua terbanyak adalah di provinsi Banten, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, dimana terdapat 1 juta Ć¢ā¬ā 5 juta rumpun bambu. Arsitektur Tradisional Nusantara telah memanfaatkan bambu sebagai material konstruksi. Salah satu pemanfaatan bambu adalah sebagai material penutup atap. Arsitektur tradisional nusantara yang memanfaatkan bambu sebagai material penutup atap adalah rumah adat Cikondang Ć¢ā¬ā Jawa Barat gambar rumah adat Toraja Ć¢ā¬ā Sulawesi Selatan gambar rumah adat Desa Penglipuran gambar dan Desa Bayung Gede Ć¢ā¬ā Bali gambar serta rumah adat Kampung Bena Ć¢ā¬ā Flores gambar Walaupun pemanfaatan bambu ini sangat berlawanan dengan prinsip-prinsip mengoptimalkan durabilitas bambu, seperti menghindari bambu dari sinar matahari langsung dan air, tapi atap bambu masih diaplikasikan pada arsitektur kontemporer. Arsitektur bambu kontemporer di Indonesia yang memanfaatkan bambu sebagai material penutup atap adalah Musholla di Pasar Kejujuran Jumoyo Ć¢ā¬ā Jawa Tengah karya Eugenius Pradipto Gambar Pearl Beach Lounge Ć¢ā¬ā Gili Trawangan NTB karya Heinz Alberti Gambar Candidasa Wedding Chapel Ć¢ā¬ā Bali karya Effan Adhiwira Gambar Bali Eco Village Gambar dan Gereja Bambu di Yogyakarta karya Eugenius Pradipto Gambar SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 321 Gambar 1 Studi Kasus Penelitian 1 Rumah Adat Cikondang, Jawa Barat - Sumber 2 Rumah Adat Toraja, Sulawesi Selatan - Sumber dokumentasi pribadi 3 Rumah Adat Desa Panglipuran, Bali - Sumber 4 Rumah Adat Desa Bayung Gede, Bali - Sumber 5 Rumah Adat Kampung Bena, Flores - Sumber 6 Musholla di Pasar Jumoyo, Jawa Tengah - Sumber 7 Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB - Sumber Candidasa Wedding Chapel, Bali - Sumber eff studio 9 Bali Eco Village - Sumber 10Gereja Bambu, Yogyakarta - Sumber Penelitian ini akan mengkaji mengenai pemanfaatan bambu sebagai material atap pada arsitektur tradisional nusantara dan juga arsitektur bambu kontemporer di Indonesia. Untuk mengkaji pemanfaatan bambu sebagai material atap, pada penelitian ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu 1 Bentuk arsitektural yang akan mengkaji bentuk geometri bangunan serta bentuk dan hirarki geometri atap bangunan 2 Material bambu yang akan mengkaji bentuk geometri dan konfigurasi elemen penutup atap serta konstruksinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian literatur dengan metodedeskriptif, komparatif dan korelatif dengan analisis kualitatif. Analisis pada penelitian ini dibagi kedalam tiga tahap, yaitu 1tahap deskripsi, pada tahap ini akan dideskripsikan 2 aspek pada setiap objek studi; 2 tahap komparasi, dimana pada tahap ini akan dibandingkan kedua aspek dalam pemanfaatan bambu dan akan disimpulkan ragam bentuk geometri dan konfigurasi elemen penutup atap serta konstruksinya dalam hubungannya dengan bentuk geometri atap bangunan; 3tahap korelatif, dimana akan dikaji pengaruh pemanfaatan bambu sebagai material penutup atap pada arsitektur tradisional terhadap pemanfaatan bambu sebagai material penutup atap pada arsitektur bambu kontemporer. RUMAH ADAT CIKONDANG, JAWA BARAT Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk rumah adat Cikondang memiliki bentuk rumah sunda pada umumnya, yaitu rumah panggung yang memiliki bentuk atap suhunan jolopong suhunan lurus, gambar dimana bentuk atapnya terdiri dari dua bidang atap yang dipisahkan oleh bubungan suhunan di bagian tengah bangunan. Namun, pada rumah adat Cikondang terdapat tambahan disalah satu sisinya yang berfungsi sebagai dapur. Selain itu terdapat juga bangunan yang berfungsi sebagai kamar mandi yang letaknya terpisah dari bangunan pada bangunan utama terbagi atas 2, yaitu atap utama, berupa 2 bidang miring dan atap pada bagian adiktif, berupa atap yang cenderung datar Gambar Untuk atap bangunan kamar mandi, terdiri dari 2 bidang miring Gambar atap bambu pada rumah adat Cikondang yang membedakan dengan rumah suku sunda bambu yang disebut dengan talahab atau dikenal dengan atap kalaka, diletakan pada bagian adiktif bangunan utama yang berfungsi sebagai dapur dan juga pada bangunan kamar atap pada bangunan utama menggunakan material ijuk. SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 322 Gambar 2 Rumah Adat Cikondang, Jawa Barat 1 Suhunan Jolopong - Sumber Bangunan Utama - Sumber Bangunan Kamar Mandi - Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Atap bambu yang digunakan pada rumah adat Cikondang ini adalah talahab, yang terbuat dari bambuyang dibelah dua dan kemudian disusun bertumpang tindihdengan posisi menutup tutup dan membuka tadah Gambar 3 dikenal dengan istilah single layers of bamboo shingles with roman menggunakan atap bambu talahab ini adalah memungkinkan air hujan dapat dialirkan melalui bilah bambu dengan posisi membuka serta memungkinkan sirkulasi udara melalui tipe ini memiliki berat rata-rata 9 kg/m2. Bambu yang digunakan menggunakan ukuran yang besarnya relatif sama, yaitu diameter +/- 15 sampai 20 cm. Batang bambu dibilah menjadi dua dan dibersihkan bagian ruasnya. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pemasangan dan dapat mengalirkan air itu bilah bambu tersebut disusun berpasang-pasangan dengan posisi menutup tutup dan membuka tadah.Susunan tadah yang saling berdampingan diikat oleh pasak yang disebut dengan ini ditujukan agar posisi tidak antara tadah dan tutup tidak terdapat ikatan posisi yang saling mengunci. Gambar 3 Atap bambu talahab Sumber dan Gambar 4 Konstruksi atap bambu talahab Sumber dan SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 323 RUMAH ADAT TORAJA TONGKONAN, SULAWESI SELATAN Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Rumah adat Toraja yang dikenal dengan Tongkonan memiliki bentuk rumah panggung berbentuk persegi panjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu kolong, badang dan rumah ini adalah bentuk atap yang menyerupai perahu gambar 5.Atap Tongkonan terdiri dari dua bidang miring dengan sedikit lengkung yang memiliki punggung atap berbentuk hiperbolik Gambar bagian punggung ini berbentuk bidang yang cenderung penutup atap yang digunakan adalah bambu Gambar dimana pada bangunan adat yang baru, material bambu ini digantikan oleh seng bergelombang Gambar Gambar 5 Rumah Adat Tongkonan Sumber ; Jurnal Dimesi Teknik Arsitektur Gambar 6. Atap Rumah Tongkonan 1 Bentuk Atap Rumah Tongkonan - Sumber bambu - Sumber seng - Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Atap bambu tongkonan terbuat dari bambu-bambu bilah yang disusun horisontal secara tumpuk berpasang-pasangan dari bawah sampai ke atas. Susunan ini berlapis-lapis yang berfungsi untuk mencegah masuknya air hujan serta menjaga kualitas termal pada susunannya adalah3 tiga hingga 7 tujuh lapis Gambar 7. Setelah itu disusun hingga membentuk seperti atap berlapis ini dikenal dengan multi-layer shingle sebuah bangunan berukuran 4x10 meter, dibutuhkan bambu sejumlah 1000 batang dengan ketebalan atap mencapai 1 satu meter. Dengan jumlah bambu yang dibutuhkan sangat banyak, maka tipe elemen penutup ini mahal dan sangat berat. Konstruksi bambu multi lapis ini memiliki langkah yang sama dengan konstruksi bambu satu lapis. Yang berbeda adalah cara menyusunnya. Bambu yang telah dibilahGambar disusun tumpang tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali bambu atau rotan atau dengan kunci yang dimasukkan kedalam bilah bambu utuk mencegah geser dan diantara lapisan bambu diberi ijuk Gambar bambu ditaruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tampak overstek minimal 3 lapis dan maksimal 7 lapisGambar setelah itu disusun atap dengan banyak lapis yang tidak ditentukan, hanya mengikuti bentuk rangka atap sehingga membentuk seperti perahu Gambar SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 324 Gambar 7 Atap bambu pada rumah Toraja Sumber proceeding Simposium Nasional RAPI IX dan Gambar 8 Konstruksi atap bambu multi lapis pada Rumah Toraja Sumber RUMAH ADAT DESA PENGLIPURAN BALI Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bangunan di desa Panglipuran dibedakan atas tingkatan pawon gambar sakenem gambar angkul-angkul pintu masuk dan bale banjar gambar Bentuk bangunan secara umum adalah persegi panjang, perbedaan terlihat dari bidang dindingnya dimana bangunan umum tidak memiliki bambu pada bangunan memiliki bentuk perisai dengan kemiringan sekitar 45odan penggunaan bambu terlihat pada atap utama pertemuan bagian tengah atap ditutup dengan wuwung berbentuk segitiga. Gambar 9 Bangunan di Desa Panglipuran 1 Pawon2Sakenem3Bale Banjar - Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Penutup atap pada bangunan adalah sirap bambu atau lancetshinglesgambar 10.bambu ini dipasang berlapis hingga 4-5 lapisan. Produksi dan pemasangan tipe ini cukup memakan waktu. Sirap bambu dibentuk dari batang bambu yang dibelah 4-6 buah tergantung diameter bambu yang dipakai, dan dipotong dengan panjang 25-30 cm dan lebar 7-10 cmgambar lalu dikaitkan secara terbalik ke reng berupa bilah bambu dengan lebar 5-7 cm di bawahnyagambar pegangan, sangket dibuat pada bagian ujung atas sirap dan dicantolkan ke reng gambar pemasangannya, sirap-sirap bambu ditumpuk berjejerangambar Tiap tumpukan sirap akan menutup per bagian atap. Bagian cekung dari sirap berfungsi sebagai jalan air saat terakhir adalah melapisi sirap yang telah terpasang dengan bahan pelapis. Hal ini untuk menjaga keawetan atap dan untuk meningkatkan daya tahannya terhadap gangguan bahaya api. SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 325 Gambar 10 Sirap Bambu Sumber Gambar 11 Konstruksi atap sirap bambu Sumber RUMAH ADAT DESA BAYUNG GEDE, BALI Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bangunan adat di Desa Bayung Gede memiliki bentuk persegi panjang dengan bentuk atap pelana tinggi gambar 12.Bentuk atap bangunan adalah atap pelana yang terdiri dari dua bidang dengan kemiringan atap sekitar 45-50ư, atap juga terlihat tinggi jika dibandingkan dengan badan bangunan. Bagian tengah atap dibatasi wuwung yang terbuat dari bahan yang sama yaitu sirap bambu. Gambar 12 Rumah Adat di Desa Bayung Gede Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Pada desa Bayung Gede, rumah adat menggunakan atap sirap bambu seperti pada rumah adat di Desa Penglipuran. Perbedaannya, pada rumah adat di Desa Bayung Gede, sirap disusun secara lurus dan tidak bertumpuk-tumpuk, kecuali pada bagian wuwung atap, sirap ditumpuk hingga 3 ini disebabkan karena kemiringan atap rumah di Desa Bayung Gede lebih besar dibandingkan dengan kemiringan atap di Desa Penglipuran. Konstruksi atap sirap bambu tidak jauh berbeda pada umumnya, sirap terbuat dari bambu yang dibelah dengan panjang 25-30 cm, dan lebar 10 cm. sirap lalu disayat sekitar 3-4 cm dari bagian atas, dengan ukuran sayatan panjang 4cm dan lebar 1 cm Gambar hasil sayatan ini berupa kait untuk memasang sirap ke reng Gambar SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 326 Gambar 13 Konstruksi Sirap Sumber RUMAH ADAT KAMPUNG BENA, FLORES Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk bangunan ada kampong bena adalah panggung berbentuk persegi panjang, dengan pembagian bawah, tengah, dan atas dengan bentuk atap utama perisai tinggi gambar Sementara ruang-ruang di dalam rumah dibagi ke dalam 4 kelompok teda moa public, teda one semi privat, one sao privat dan area service. Atap pada rumah adat utama terbuat dari ijuk dengan bentuk perisai tajam yang memiliki kemiringan sekitar 45-50ư.Sementara atap bambu digunakan pada bagian teras rumahatau teda moa, dan memiliki kemiringan yang cenderung datar gambar Gambar 14 Rumah Adat di Kampung Bena, Flores 1 Rumah Adat 2 Area Teras 3 Atap bambu - Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Penutup atap bambu yang digunakan pada bagian teras rumah, memiliki bentuk bambu belah yang disusun tumpang tindih sama seperti yang dimiliki oleh atap bambu di Kampung Cikondang Jawa Barat gambar Atap bambu ini ditopang oleh struktur atap bambu di rumah adat di Kampung Bena sama seperti konstruksi atap bambu di rumah adat Cikondang, Jawa Barat. Gambar 15 Konstruksi Atap Bambu Bilah Sumber appropiate building materials; MUSHOLLA DI PASAR JUMOYO, JAWA TENGAH Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Musholla di pasar jumoyo memiliki bentuk geometri bujur sangkar 9m x 9m dengan bentuk atap bertingkat-tingkat mengambil sumbu diagonalnya. Bangunan ini didesain dengan ruang terbuka gambar 16 dan bagian depan bangunan menjulang tinggi. Atap utama musholla memiliki bentuk seperti atap meja, dengan satu titik ketinggian di bagian depan bangunan. Selain atap utama, terdapat atap tambahan di bagian samping musholla. SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 327 Gambar 16 Musholla di Pasar Jumoyo Sumber Gambar 17 Bentuk Atap Musholla di Pasar Jumoyo sumber www. Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Penutup atap terbuat dari sirap bambu, yang disusun berlapis-lapis secara terbalik dengan bagian dalam bambu menghadap ke atas gambar 18.Bambu dibilah sekitar 5cm dan disusun dalam posisi terbalik bagian dalam bambu di luar sehingga seperti susunan ribuan saluran air pada atap bangunan ini. Selain itu, kulit dalam bambu yang memiliki serat dan tekstur kasar memberi gaya gesek lebih besar ketimbang kulit luar bambu yang halus dan licin agar agar lebih tahan dan tidak geser. Gambar 18 Konstruksi Atap Sirap Bambu Sumber ; PEARL BEACH LOUNGE, GILI TRAWANGAN, NTB Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk bangunan Ć¢ā¬ĖPearl Beach LoungeĆ¢ā¬ā¢, Gili Trawangan, Lombok termasuk kedalam bentuk bangunan organic Gmbar ini mengambil inspirasi dari bentuk yang ditemukan di alam, yaitu metafora dari bentuk dasar bangunan ini merupakan bentuk asimetris yang merupakan gabungan 2 dua kurva yang tidak sama besar yang disatukan dengan sumbu linear yang berbentuk kurva yang memiliki kelengkungan ganda Gambar atapnya secara visual teridentifikasi sebagai bidang yang memiliki bentuk dasar pelana yang ditransformasi. Garis wuwung mengikuti bentuk sumbu bangunan yang membentuk kelengkungan tunggal Ć¢ā¬ā cembung jika dilihat secara planar dari tampak muka. Gambar Gamabr Sehingga bidang atap berupa bidang lengkung tidak beraturan. SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 328 Gambar 19 Pearl Beach Lounge 1 Bentuk bangunan Ć¢ā¬ā Sumber 2 Denah 3 Tampak Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Atap bambu pada bangunan ini adalah pelupuh bambu, berupa lembaran-lembaran yang ditumpuk lapisan pelupuh diberi terpal atau plastik untuk menghindari bocor. Pembuatan atap pelupuh bambu ini sama dengan pembuatan pelupuh untuk lantai atau dinding atau plafond. Bambu di disayat memanjang dan dibuang sekat ruas di renggangkan dan dipukul-pukul membentuk lembaran atau dimasukan kedalam mesin crusher sebanyak 3-4 kali hingga retakan pelupuh banyak dan halus. Proses selanjutnya adalah membuang bagian dalam dagingnya karena bagian ini bagian paling lunak dan mudah terserang bubuk atau lapuk. Pemasangan pelupuh bambu disusun bersambung, dengan ujung-ujungnya tumpang tindih untuk mencegah masuknya air pelupuh ini menyerupai penyusunan atap lembaran modern pada atap pelupuh menggunakan kaso dan reng pelupuh bambu disusun menerus ke samping, dan dipakukan ke ujung tiap lembar pelupuh ditumpangkan dan dipaku bersama, sehingga kuat dan tidak pelupuh ada pada setiap batang reng, dengan jarak sekitar 30-40 cm. Gambar 19 Atap Pelupuh Sumber ilmu konstruksi bangunan bambu; CANDIDASA BAMBOO WEDDING CHAPEL, BALI Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk bangunan Candidasa Wedding Chapel, Bali memiliki bentuk dasar persegi panjang yang ditranformasi menjadi dasar selubungnya atap dan dinding adalah bentuk segitiga atau yang dikenal dengan bentuk pelana dimana terdapat transformasi pada punggungnya menjadi bentuk hiperbolik memuncak di satu transformasi bentuk denah dan punggung atap bangunan menghasilkan bentuk atap bangunan ini bidang hiperbolik paraboloid lengkung. Gambar 20 Candidasa Bamboo Wedding Chapel, Bali Sumber eff studio SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 329 Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Atap bambu pada bangunan Wedding Chapel di Candidasa ini adalah pelupuh bambu, sama seperti yang digunakan pada atap Pearl Beach Lounge. Teknik konstruksi yang digunakan serupa dengan teknik konstruksi pada atap Pearl Beach Lounge. BALI ECO VILLAGE Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bangunan lodge Bali Eco Village memiliki bentuk dasar persegi panjang. Bentuk atap merupakan transformasi bentuk atap manstard yang pada akhirnya menyerupai bentuk setengah bola terdiri dari 4 sisi bidang lengkung. Gambar 20 Bali Eco Village Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Penutup atap pelupuh bambu dan konstruksi yang digunakan serupa dengan penutup atap pelupuh pada Pearl Beach Louge dan Candidasa Wedding Chapel. GEREJA BAMBU YOGYAKARTA Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk bangunan gereja yang dibuatnya kemudian berupa bangunan mirip cangkang keong Gambar 21.Ujung lancipnya menghadap ke akhirnya menjadi organik dan atap terdiri dari 3 tiga bidang-bidang lurus. Gambar 21 Gereja Bambu Yogyakarta Sumber Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap serta Konstruksinya Penutup atap yang digunakan adalah pelupuh bambu Gambar hanya konstruksinya bambu dibuat kotak-kotak 40 cm Gambar yang kemudian diikatkan pada reng. Reng yang kemudian diikatkan pada grid rangka atap yang berbentuk diagonal Gambar Gambar 22 Atap pelupuh pada Gereja Bambu Sumber SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 330 KOMPARASI PENGGUNAAN MATERIAL PENUTUP ATAP BAMBU PADA BANGUNAN TRADISIONAL DAN ARSITEKTUR BAMBU KONTEMPORER Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap Rumah Adat Cikondang, Jawa Barat Geometrik Persegi Panjang Bidang Lurus Cenderung Rata Hirarki Sekunder Atap kalaka satu lapis single layer bamboo shingles Rumah Adat Toraja, Sulawesi Selatan Geometrik Persegi Panjang Bidang Lengkung Miring Tajam Hirarki Utama Atap kalaka multi lapis multi layer bamboo shingles Rumah Adat Desa Panglipuran, Bali Geometrik Persegi Panjang Bidang Lurus Miring Hirarki Utama Rumah Adat Desa Bayung Gede, Bali Geometrik Persegi Panjang Bidang Lurus Miring Tajam Hirarki Utama Rumah Adat Kampung Bena, Flores Geometrik Persegi Panjang Bidang Lurus Cenderung Rata Hirarki Sekunder Atap kalaka satu lapis single layer bamboo shingles Dari hasil tinjauan komparasi penggunaan material penutup atap bambu pada bangunan tradisional di Indonesia, maka terdapat 2 tipe material penutup atap, yaitu atap kalaka satu lapis dan multi lapis dan atap sirap satu lapis dan multi lapis. Bentuk atap lengkung hanya dapat menggunakan atap kalaka Ć¢ā¬ā multi lapis, namun tipe atap ini adalah atap yang terberat dan termahal, karena jumlah bambu yang dibutuhkan sangat banyak. Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan Bentuk Geometri dan Konfigurasi Elemen Penutup Atap Arsitektur Bambu Kontemporer Musholla di Pasar Jumoyo, Jawa Tengah Geometrik Transformatif Bujur Sangkar 3 Bidang Lurus Miring Tajam Hirarki Utama Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB Bidang Lengkung Tidak Beraturan Miring Hirarki Utama Atap pelupuh lembaran multi lapis Candidasa Bamboo Wedding Chapel, Bali Geometrik Transformatif Trapesium Bidang Lengkung Hiperbolik Paraboloid Miring Tajam Hirarki Utama Atap pelupuh lembaran multi lapis SEMINAR NASIONAL JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015 DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015 331 Geometrik Persegi Panjang Bidang Lengkung Miring Tajam Hirarki Utama Atap pelupuh lembaran multi lapis Geometrik Transformatif Bujur Sangkar Bidang Lurus Miring Hirarki Utama Dari hasil tinjauan, terdapat 2 tipe material penutup atap, yaitu atap sirap multi lapis dan atap pelupuh tiles dan multi lapis. Pada arsitektur bambu kontemporer bentuk bangunannya cenderung bentuk geometrik transformatif dan bentuk organik yang menghasilkan bentuk atap lurus multi kemiringan ataupun atap lengkung. Untuk atap lengkung akan menggunakan tipe penutup atap pelupuh. KESIMPULAN Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa atap sirap bambu masih digunakan pada arsitektur bambu kontemporer, sedangkan atap kalaka satu lapis maupun multi lapis sudah tidak lagi digunakan. Hal ini dikarenakan bentuk bangunan dari arsitektur bambu kontemporer yang cenderung mengambil bentuk organik dengan bentuk atap lengkung yang tidak dapat memanfaatkan atap kelaka. Selain itu atap kelaka membutuhkan bambu yang banyak dan berat. Atap pelupuh bambu banyak digunakan pada arsitektur bambu kontemporer namun tidak memiliki preseden pada arsitektur tradisional nusantara. Faktor yang berpengaruh dalam aplikasi penutup atap bambu adalah jumlah material yang digunakan, kemudahan konstruksi mengingat bambu memiliki keterbatasan usia pakai, sehingga perlu dipertimbangkan faktor penggantian material dan juga kemampuan beradaptasi dengan bentuk-bentuk arsitektur bambu kontemporer yang cenderung mengambil bentuk organik. DAFTAR PUSTAKA Frick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu . Yogyakarta Kanisius Sumalyo, Yulianto. 2001. Kosmologi dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, 64-74 Kapita, Hartati . 2014. Pemanfaatan Teknologi Bambu di Permukiman Desa Adat Penglipuran Bali. Proceeding Simposium Nasional RAPI XI Manurung, Pamorangan . Arsitektur Berkelanjutan Belajar, dari Kearifan Arsitektur Nusantara. Maurina, Anastasia. 2014. Estetika Struktur Bambu Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB. Laporan Penelitian . Bandung UNPAR ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Konstruksi Bangunan Bambu . Yogyakarta Kanisius Sumalyo, YuliantoHeinz FrickFrick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Yogyakarta Kanisius Sumalyo, Yulianto. 2001. Kosmologi dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, 64-74Pemanfaatan Teknologi Bambu di Permukiman Desa Adat Penglipuran Bali. Proceeding Simposium Nasional RAPI XIHartati KapitaKapita, Hartati. 2014. Pemanfaatan Teknologi Bambu di Permukiman Desa Adat Penglipuran Bali. Proceeding Simposium Nasional RAPI XIBandung UNPAR MaurinaNtb Gili TrawanganLaporan PenelitianMaurina, Anastasia. 2014. Estetika Struktur Bambu Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB. Laporan Penelitian. Bandung UNPAR Berkelanjutan Belajar, dari Kearifan Arsitektur NusantaraPamorangan ManurungManurung, Pamorangan. Arsitektur Berkelanjutan Belajar, dari Kearifan Arsitektur Struktur Bambu Pearl Beach LoungeAnastasia MaurinaNtb Gili TrawanganLaporan PenelitianMaurina, Anastasia. 2014. Estetika Struktur Bambu Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB. Laporan Penelitian. Bandung UNPARHaloapakabar pembaca JawabanSoal.id! Apakah anda sedang memerlukan jawaban atas soal berikut: sifat dari plastik yang dimanfaatkan untuk membuat pegangan setrika adalah sifatmaka anda ada di website yang tepat. Ketika kamu mendapat sebuah pertanyaan, tentu saja anda akan berusaha mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Terlebih jikalau pertanyaan atau soal tersebut ialah tugas yang Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi " material untuk si miskin " dan " material yang lemah ". Namun sesungguhnya, kekuatan bambu dapat disetarakan dengan kekuatan baja. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Kelenturan bambu adalah salah satu potensi yang digunakan oleh para arsitek untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organic dengan bentuk atap bergelombang. 'Sakti Dining Room', Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan 'Pearl Beach Lounge', Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap bergelombang yang menggunakan bambu sebagai sistem strukturnya. Untuk membuat bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang ini dapat mengaplikasikan bambu dengan sistem struktur yang berbeda-beda. Bangunan 'Sakti Dining Room', Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan 'Pearl Beach Lounge', Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-kualitatif dan komparasi. Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil dari analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang. Hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna. Kata kunci bambu, struktur rangka, struktur permukaan aktif, organik, bentuk atap bergelombang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Seminar Nasional Bamboo Biennale 2014 Reinkarnasi Bambu dalam Kekiniah ISBN 978-602-14983-1-6 21 PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK DENGAN BENTUK ATAP BERGELOMBANG Studi Kasus Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok Anastasia Maurina Abstrak Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi āmaterial untuk si miskinā dan āmaterial yang lemahā. Namun sesungguhnya, kekuatan bambu dapat disetarakan dengan kekuatan baja. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Kelenturan bambu adalah salah satu potensi yang digunakan oleh para arsitek untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organic dengan bentuk atap bergelombang. Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap bergelombang yang menggunakan bambu sebagai sistem strukturnya. Untuk membuat bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang ini dapat mengaplikasikan bambu dengan sistem struktur yang berbeda-beda. Bangunan Sakti Dining Roomā, Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-kualitatif dan komparasi. Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil dari analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang. Hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna. Kata kunci bambu, struktur rangka, struktur permukaan aktif, organik, bentuk atap bergelombang. I. PENDAHULUAN Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi āmaterial untuk si miskinā, āmaterial yang lemahā dan non-permanen. Disisi lain, bambu memiliki banyak potensi. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik sehingga bambu merupakan salah satu material konstruksi yang berlanjutan. Bambu juga memiliki properti mekanikal yang baik. Rasio yang tinggi antara kekuatan berbading dengan berat dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Anastasia Maurina 22 yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Teknologi seputar bambu mulai berkembang, seperti munculnya joint-joint bambu yang menambah kekuatan bambu. Teknologi pengawetan bambu mulai berkembang, sehingga bambu dapat dijadikan material konstruksi yang lebih permanen. Bambu memiliki karakter yang fleksibel mudah dibentuk, berpotensi untuk bentuk-bentuk lengkung bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya. Potensi ini yang digunakan oleh para perancang untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang. Bangunan dengan struktur yang diekspos termasuk kategori āstruktur adalah arsitekturā. Sehingga peran struktur pada bangunan ini dalam mencapai estetika sangat besar. Fungsi struktur suatu bangunan tidak hanya sebagai sistem mekanikal yang berfungsi sebagai menyalurkan beban, tetapi juga sebagai ekspresi keindahan dari spasial arsitekturalnya. Bentuk bangunan yang serupa dapat dipecahkan dengan berbagai sistem struktur yang akan menghasilkan keindahan yang berbeda-beda. Sehingga pemilihan sistem struktur oleh perancang akan sangat berpengaruh pada bangunan hasil rancangannya. Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap bergelombang yang menggunakan material bambu sebagai material elemen strukturalnya. Kedua bangunan tersebut memiliki bentuk yang serupa namun memiliki sistem struktur yang berbeda sehingga menghasilkan spasial arsitektural yang berbeda. Bangunan Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif. Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil analisa deskriptif-kualitatif tesrebut akan menjadi data untuk analisa komparatif. Hasil dari analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna. II. BAMBU SEBAGAI MATERIAL STRUKTURAL Bambu memiliki berbagai macam jenis, tapi tidak semua jenis bambu dapat digunakan sebagai material struktural untuk bangunan. Jenis bambu yang umum digunakan sebagai material konstruksi dan dipasarkan di Indonesia 1. Bambu tali/ apus 2. Bambu petung Dendrocalamus asper. 3. Bambu duri/ ori Bambusa blumeana. 4. Bambu wulung/ hitam Gigantochloa verticillata. Heinz Frick, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang Studi kasus Sakti Dinding Rookā, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok 23 Mengacu pada bentuk geometrik elemen struktural serta bentuk dan sifat geometrik dari material bambu, maka klasifikasi sistem struktur terbagi atas 1. Elemen garis a. Garis lurus struktur rangka kolom dan balok b. Garis lengkung struktur busur form active Dengan menggunakan material bambu, struktur rangka dan struktur busur dapat terbuat dari batang tunggal, gabungan batang tunggal ataupun dengan menggunakan rangka batang truss ā vector active 2. Elemen bidang a. Bidang lurus struktur permukaan/pelat b. Bidang lengkung struktur permukaan aktif surface active Dengan menggunakan material bambu, struktur permukaan hanya dapat terbuat dari rangka batang ruang space frame baik lapis tunggal space frame single layer maupun lapis ganda space frame double layer. Sistem struktur merupakan gabungan dari elemen-elemen struktural yang digabungkan dan disusun sehingga dapat berfungsi sebagai penyalur beban bangunan. Elemen strukturalnya dapat menggunakan batang bambu yang lurus ataupun batang bambu yang dilengkungkan. Bambu merupakan material dengan sifat fleksibiltas yang lebih besar dibanding material kayu atau baja, namun jika menginginkan radius kelengkungan yang melebihi kemampuan naturalnya, maka diperlukan proses khusus untuk melengkungkannya. Proses melengkungkan bambu dapat terbagi atas 2 dua, yaitu 1. Cold Bending Process. Melengkungkan bambu dengan proses ini dapat dilakukan dengan metode shaving, strips, battens and beadings, 2. Hot Bending Process. Ketika dipanaskan, bambu menjadi lunak dan bersifat plastis. Perubahan bentuk bambu bisa pararel, diagonal atau tranversal kea rah serah. Setelah pendinginan, potongan bambu ini akan mempertahankan bentuk baru. Berikut ini adalah berbagai jenis sambungan bambu yang biasa digunakan dalam konstruksi bangunan bambu 1. Friction-Tight Rope Connection. Metode sambungan ini yang umum digunakan pada bangunan. Bahan tali tradisional yang digunakan adalah ijuk, kulit pohon, strip bambu dan rotan. Selain itu, saat ini sudah menggunakan material industry seperti kawat besi atau menggunakan tali plastik. 2. Plugin/Bolt Connection. Sambungan batang yang saling bersilangan interlocking dan disambung dengan pasak. Pasak berfungsi untuk mentransfer beban. Selain pasak, metode ini dapat menggunakan mur-baut. Schodek, Daniel, 1998, Structures, Prentice Hall Kramer, Karl. 1985, IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23 Anastasia Maurina 24 3. Positive Connection. Sambungan menggunakan lubang dan duri. Sambungan ini jarang digunakan karena bentuk profil bambu yang bulat dan berlubang, serta kemungkinan pecah/retak. 4. Double post. Sambungan ini menggunakan beberapa bambu. Dengan mengunakan konstruksi ini, tidak terjadi perlemahan pada elemen strukturalnya dan memiliki keungtungan untuk mengganti salah satu batang bambunya. III. BENTUK BANGUNAN ORGANIK Arsitektur organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural Fleming, Honour & Pevsner, 1999, Penguin Dictionary of Architecture Bentuk bangunan Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali gambar dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok gambar termasuk kedalam bentuk bangunan organik. Kedua bangunan tersebut mengambil inspirasi dari bentuk yang ditemukan di alam, yaitu metafora dari bentuk daun pisang gambar pada bangunan Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan metafora dari bentuk ombak gambar pada Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok. a b c d Gambar 1 Sakti Dining Roomā, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali a yang merupakan metafor dari daun pisang b dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok b yang merupakan metafor dari ombak d sumber a ; b ; c ; d diakses Agustus 2014 Kedua bangunan tersebut juga memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, yaitu bentuk asimetris yang merupakan gabungan 2 dua kurva yang tidak sama besar yang disatukan dengan sumbu linear yang berbentuk kurva. Gambar 2a & 2b. Perbedaan sumbu diantara keduanya adalah sumbu yang terdapat pada bangunan Sakti Dining Roomā memiliki kelengkungan tunggal, dan sumbu yang terdapat pada bangunan Pearl Beach Loungeā memiliki kelengkungan ganda. Selain memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, kedua bangunan tersebut memiliki bentuk atap yang serupa, yaitu bentuk dasar pelana yang dikembangkan. Garis wuwung mengikuti bentuk sumbu bangunan dan membentuk kelengkungan tunggal ā cembung jika dilihat secara planar dari tampak muka. Gambar 2c & 2d Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang Studi kasus Sakti Dinding Rookā, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok 25 a b c d Gambar 2 Bentuk Dasar Bangunan pada Sakti Dining Roomā a Pearl Beach Loungeā b Bentuk Atap pada Sakti Dining Roomā c Pearl Beach Loungeā d sumber dokumen pribadi IV. STRUKTUR RANGKA PADA BANGUNAN SAKTI DINING ROOMā, FIVE ELEMENTS ā PURI AHIMSA, BALI Bangunan Sakti Dining Roomā adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai restauran pada kompleks resort Puri Ahimsa di Bali. Bangunan ini dirancangan oleh Ketut Arthana Arte Arsitek. Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural Bangunan ini menggunakan sistem struktur rangka gambar 3a. Struktur rangka merupakan sistem struktur yang bentuk geometrik elemen struktural adalah garis lurus. Elemen struktural utama untuk bangunan utamanya berupa portal jepit, yang terdiri dari kolom dan balok berupa batang bambu utuh dan lurus. Dengan menggunakan sistem struktur ini, semua elemen struktur utamanya terdiri dari batang bambu utuh yang lurus. Keuntungannya adalah proses konstruksi akan lebih mudah dibandingkan jika menggunakan elemen struktural yang lengkung. Pada bangunan ini, elemen lengkung hanya digunakan pada gording, yang menggunakan bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi laminated bundled-strips. Dalam menyusun portal sebagai elemen struktural utamanya, bangunan yang memiliki bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung tunggal Gambar Portal tersebut disusun secara linear, tegak lurus terhadap sumbu bangunan tersebut. Konfigurasi ini mengambil analogi dari tulang daun pisang. Karena memiliki bentuk yang organik, maka bentuk dan ukuran setiap portal berbeda-beda mengikuti bentuk potongan bangunan pada titik struktur tersebut. Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral Beban gravitasional bidang atap yang tersusun atas gording, kaso, dan alang-alang sebagai material penutup atapnya, disalurkan melalui portal ke pondasi. Pondasi yang digunakan pada bangunan ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof. Dalam menyalurkan beban, batang-batang pada portal menyalurkan beban secara transversal, sehingga terjadi momen lentur pada balok dan juga pada kolomnya, sehingga dimensi batang Anastasia Maurina 26 bambu yang diperlukan akan lebih besar dibanding dengan batang-batang yang mengalami gaya aksial. Gambar Dalam mengatasi beban lateral, diperlukan bracing pengikat antar struktur portal. Namun pada bangunan ini tidak ada bracing pengikat antar struktur portal, sehingga hal tersebut menyebabkan bidang atap ikut bekerja untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban lateral. Dengan bentuk bangunan dan konfigurasi portalnya yang melengkung serta bangunan yang terbuka tanpa dinding dapat mengurangi beban lateral pada bangunan. Hal tersebut berbeda dengan bangunan yang konfigurasi portalnya disusun dalam bentuk dan sumbu yang lurus. Namun, bidang atap dapat mengalami gaya tekan dari arah bawah akibat beban angin akibat tidak adanya dinding pada bangunan ini. a b c Gambar 3 Struktur Rangka pada Sakti Dining Roomā sumber Sinarto, Yohanes 2014 Jenis Sambungan Jenis sambungan yang digunakan pada elemen struktur portalnya adalah gabungan jenis Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection Gambar Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang paling mudah dikerjakan dengan waktu pengerjaan yang lebih singkat. Kelemahan sistem sambungan ini terletak pada titik mur-baut yang bertemu dengan bambu. Sering terjadi retak pada batang bambu sehingga perlu adanya elemen lain yang membantu sambungan tersebut, biasanya digunakan adukan mortar yang diisikan pada ruas bambu dimana terdapat titik sambungan. Untuk sambungan antar elemen pada bidang atap, digunakan jenis Possitive Connection dan Plugin/Bolt Connection. Jenis Possitive Connection digunakan untuk sambungan ring balok laminated bundled-strips ke kolom, dimana ruas bambu pada kolom diisi dengan mortar Gambar Sedangkan jenis Plugin/Bolt Connection untuk sambungan gording ke balok dari portal utama. Pada titik sambungan ini, selain terjadi gaya tekan, terjadi pula gaya geser akibat dari bidang atap yang berfungsi menjaga kestabilan dari beban lateral. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan tulangan di dalam batang bambu Gambar Proses yang dilakukan adalah melubangi bagian buku bambu dari dasar sampai dengan ketinggian sekitar 60-80 cm kemudian batang bambu diberdirikan dan tulangan tersebut dimasukan di tengah bambu, setelah tulangan masuk kemudian batang bambu dilubangi dan diisi dengan adukan mortar / beton. Adukan akan mengisi ruang dalam batang bambu, kekuatan sambungan terdapat pada profil bagian dalam batang bambu yang bergerigi sehingga adukan akan menahan batang bambu agar tidak bergerak. Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang Studi kasus Sakti Dinding Rookā, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok 27 a b c Gambar 4 Sambungan Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection antar batang pada portal a ; Sambungan Ring Balok ke Kolom b dan Sambungan Kolom ke Pondasi c di Bangunan Sakti Dining Roomā sumber Sinarto, Yohanes 2014 V. STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN PEARL BEACH LOUNGEā, GILI TRAWANGAN Bangunan Pearl Beach Loungeā adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai restauran pada di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bangunan ini dirancangan oleh Heinz Alberti, seorang arsitek dan juga pemilik dari bangunan tersebut. Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural Bangunan ini mengunakan prinsip sistem struktur permukaan aktif yaitu struktur bidang lipat dengan rangka satu lapis space frame single layer. Bentuk struktur seperti bentuk meja dengan kontak yang seminimal mungkin dengan lantai Gambar 5. Dengan memperbanyak titik kontak dengan bidang atap akan mengecilkan gaya geser yang terjadi pada titik tumpuan bidang atap pada kolom. Bidang atap yang bergelombang membuat bidang atap lebih kaku dibandingkan dengan bidang datar dengan ketebalan yang sama. Gambar 5 Dasar Prinsip Struktur dari Bangunan Pearl Beach Loungeā sumber Kramer, Karl. 1985 dan dokumen pribadi Elemen struktural utama terdiri dari bidang atap dan kolom penopang. Bidang atap terdiri dari paduan elemen lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi laminated bundled-strips dan batang bambu utuh Gambar Sedangkan kolom penopang terdiri dari batang bambu lurus dan juga kolom lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi laminated bundled-strips Gambar Dengan adanya elemen bambu lengkung pada struktur utama dan juga posisi kolom yang miring tidak tegak lurus dengan lantai, membuat proses konstruksi lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Tingkat presisi pada saat proses konstruksi lebih tinggi untuk mencapai bentuk yang sesuai dengan rancangan awal. Anastasia Maurina 28 Dalam menyusun bidang atap dan kolom-kolom penopang, bangunan yang memiliki bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung ganda Gambar Cluster kolom penopang tersebut disusun secara linear terhadap sumbu bangunan tersebut. Setiap kolom memiliki panjang dan kemiringan yang berbeda-beda. Hal ini akan memperumit proses konstruksinya. a b c Gambar 6 Elemen strukutral utama bidang atap a dan kolom lurus - lengkung b serta Konfigurasi Elemen Struktur Bidang Atap dan Kolom Penopang c pada Bangunan Pearl Beach Loungeā sumber dokumen pribadi Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral Beban gravitasional disalurkan 2 dua arah pada bidang atap yang tersusun atas gording, kaso, dan papan bambu plank sebagai material penutup atapnya, lalu disalurkan melalui kolom-kolom penopang ke pondasi Gambar Pondasi yang digunakan pada bangunan ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof. Dalam mengatasi beban lateral, bidang atap berperan dalam menjaga kekakuan dan kestabilannya. Bangunan yang terbuka ā tidak berdinding serta lokasi bangunan yang berada di pantai akan memungkinkan terjadinya gaya hisap pada atap. Hal ini dapat diatasi dengan memberi bukaan pada atap agar angin dapat keluar dari atap dan sambungan yang digunakan antara bidang atap dan kolom penopang Gambar a b Gambar 7 Penyaluran Beban Gravitasional a dan Beban Lateral b pada Bangunan Pearl Beach Loungeā sumber dokumen pribadi Jenis Sambungan Jenis sambungan yang digunakan antar batang pada bidang atap adalah jenis Friction-Tight Rope Connection Gambar Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang paling memungkinkan untuk menyambung batang dengan laminated bundled-strips. Untuk sambungan bidang atap dengan kolom digunakan jenis Friction-Tight Rope Connection Gambar Tipe sambungan ini dapat mengatasi gaya hisap yang mungkin terjadi pada bidang atap. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang Studi kasus Sakti Dinding Rookā, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok 29 tulangan di dalam batang bambu Gambar Proses yang dilakukan sama dengan proses yang dilakukan pada bangunan Sakti Dining Roomā. a b c Gambar 8 Sambungan Ikat antar batang pada bidang atap a; Sambungan Bidang Atap dengan Kolom Penopang b; Sambungan Kolom ke Pondasi c di Bangunan Pearl Beach Loungeā sumber dokumen pribadi VI. KOMPARASI BENTUK ARSITEKTURAL - BENTUK STRUKTURAL ANTARA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF Berikut ini merupakan tabel hasil komparasi bentuk arsitektural dan bentuk struktural dari dua bangunan yang memiliki sistem struktur yang berbeda, yaitu struktur rangka dan struktur permukaan aktif. Sakti Dining Roomā, Puri Ahimsa, Bali Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan Linear ā Asimetris ā Gabungan 2 dua kurva cembung. Kurva kelengkungan tunggal Bidang atap bergelombang. Pengembangan bentuk pelana. Garis wuwung kelengkungan tunggal - cembung Sistem Struktur Rangka Portal - Jepit Sistem struktur permukaan aktif Bidang lipat dengan rangka satu lapis space frame single layer Bentuk Geometri Elemen Struktural Bidang atap & Kolom Penopang Batang Bambu Lurus & Lengkung laminated bundled-strips Bentuk Setiap Portal Berbeda-beda Panjang kolom penopang berbeda-beda Tegak Lurus Terhadap Bidang Lantai Tidak Tegak Lurus terhadap Bidang Lantai miring & berbeda ketinggian Konfigurasi Elemen Struktur Linear ā Tegak Lurus terhadap Sumbu Bangunan Perilaku Struktur dalam menyalurkan Beban Gravitasional Bidang Atap ļ Portal ļ Pondasi Bidang Atap ļ Kolom Penopang ļ Pondasi ļ Gaya pada elemen struktur Setiap batang dalam portal mengalami momen. Karena posisi kolom penopang miring dan dihubungkan jepit dengan pondasi, maka kolom mengalami gaya momen yang besar ditumpuan. Sakti Dining Roomā, Puri Ahimsa, Bali Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan Tidak ada bracing antar portal. Bidang atap yang menjaga kestabilan lateral. ļ Antar batang pada elemen struktural utama Plugin/Bolt Connection Possitive Connection Friction-Tight Rope Connection ļ Bidang atap & Struktural Utama Plugin/Bolt Connection Possitive Connection Friction-Tight Rope Connection cor beton dan tulangan di dalam batang bambu Dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan Lebih sulit untuk mencapai presisi sesuai dengan gambar rancangan Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Rangka Potensi dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah - Elemen struktur utamanya adalah garis lurus, sehingga dapat menggunakan batang bambu utuh tidak perlu dibentuk lagi. Hal ini akan mempermudah saat proses konstruksi dan dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan. - Bentuk geometri struktur portal dapat dirancang sesuai dengan gaya-gaya yang terjadi dan menghasilkan bentuk yang menarik - Struktur portal disusun tegak lurus terhadap sumbu dan lantai, akan mempermudah dan mempercepat proses konstruksi - Bidang atap tidak berfungsi sebagai penyalur beban utama, sehingga jika terjadi kegagalan struktur pada bidang atap tidak menyebabkan kegagalan pada struktur lainnya. Dengan ketentuan, adanya bracing antar portal. Kendala dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah - Untuk mencapai bentuk atap bergelombang, portal memiliki bentuk yang berbeda-beda. - Jika tidak ada bracing, maka bidang atap akan berfungsi menjaga kestabilan arah horizontal. Diperlukan sambungan yang dapat menahan gaya geser horizontal antara bidang atap dan struktur utama. Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Permukaan Aktif Potensi dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah - Penggunaan elemen struktural yang lebih banyak menggunakan garis lengkung dapat menciptakan bangunan lebih organikā - Bidang atap berfungsi sebagai struktur utama, berperan dalam menyalurkan beban vertikal dan beban horizontal, sehingga bidang atap bukan menjadi beban bagi bangunan. Dibutuhkan lebih sedikit elemen strukturalnya. Kendala dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang Studi kasus Sakti Dinding Rookā, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Loungeā, Gili Trawangan, Lombok 31 - Bentuk geometri elemen struktural utama yang merupakan garis lengkung akan memperumit proses konstruksi, karena bambu harus diproses terlebih dahulu untuk mencapai kelengkungan yang diharapkan. Dalam kasus ini digunakan bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi laminated bundled-strips. - Posisi kolom yang miring serta bentuk atap yang tidak teratur ini akan membuat tingkat presisi terhadap bentuk rancangan awal lebih sulit dicapai. VII. KESIMPULAN Bangunan dengan kategori struktur adalah arsitektur, elemen struktural yang diekspos akan berdampak pada bentuk dan spasial arsitekturalnya. Dengan bentuk selubung bangunan berupa atap bergelombang yang serupa dapat menerapkan sistem struktur yang berbeda, yaitu struktur rangka atau struktur permukaan aktif. Kedua sistem tersebut memiliki bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural utama yang berbeda, maka spasial arsitektural yang tercipta akan menjadi berbeda juga. Pemilihan sistem struktur akan mempengaruhi bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktur serta mempengaruhi perilaku elemen strukturalnya dalam menyalurkan beban yang kemudian akan mempengaruhi pemilihan dari sistem sambungan inter/antar elemen strukturalnya. Pemilihan bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural serta pemilihan sistem sambungan akan menentukan tingkat kerumitan, waktu dan tingkat presisi saat proses konstruksi berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Frick, Heinz 2004, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Kanisius, Yogyakarta. Kramer, Karl 1985, IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke, Stuttgart. Macdonald, Angus J. 2001, Structure and Architecture. Second Edition, Reed Educational and Professional Publishing Ltd, Oxford. Minke, Gernot, 2012, Building with Bamboo Design and Technology of a Sustainable Architecture, Birkhauser, Switzerland. Sandaker, Bjorn N. 2008, On Span and Space Exploring Structure in Architecture, Routledge, New York Schodek, Daniel 1999, Struktur, Erlangga, Jakarta Sinarto, Yohanes 2014, Integrasi Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi Bambu pada Sakti Dining Roomā Puri Ahimsa, Bali, Skripsi ā Tidak terpublikasi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23 ... Wood's square-shaped crosssection cannot withstand the bending well due to its smaller modulus-elasticity value compared to the bamboo [11]. Additionally, the material structure and curved shape will most likely use bamboo by reason of its flexibility [12]. ...... Additionally, bamboo can also accommodate arched structures. As described by Prieto et al. 2013 and Maurina 2014, when we compared bamboo and wood, it turns out that bamboo has greater tensile strength and modulus of elasticity, that it can withstand stress better than wood." In term of the durability of its natural materials, we must process the bamboo beforehand to make it more durable before using it in the construction products. ...This paper aims to give an overview of how to use bamboo as an environmentally friendly material, in order to identify its use as a structural element of architecture. The relevance of bamboo use in architectural buildings in tropical areas can be identified by examining the nature of the material. The data collection method used in this paper is derived from the review of the literature, by examining the theory of bamboo as the structure, the potential of bamboo, and the definition of structural elements on buildings in tropical climates, as well as a review of the case studies of buildings in tropical climates. There are three aspects to be reviewed, namely the material capability of the structure withstands the loads, the durability of building materials, and material flexibility in the building. Based on the results of the review, the bamboo material is still relevant when used as a structural element of the building in tropical climates, namely as a curved structure and used as a column structure ā beams. Bamboo can be used as elements that require material flexibility in buildings, such as the curved structure, precast panels, funicular structures, Bamboo Reinforced Concrete, and Bamboo Fiber Reinforced Concrete BFRC. To maintain the resilience of bamboo, effective preservation process is needed, namely by the method of Simple sap displacement technique or Modified Boucherie technique, and can also be done with the right design selection, such as design with overhang, the concept of open plan, the optimization of openings, and the use concrete footing.... Arsitektur rumah tradisional panggung terbuat dari bahan kayu, bahan atap dari daun rumbia, dan alat penyambung kayu menggunakan pasak kayu serta ikat ijuk Salhuteru, 2015. Metode sambungan bahan kayu tradisional antara lain disebut metode friction-tight rope connection seperti rotan, bambu, kulit pohon, dan ijuk Maurina, 2014. Jenisjenis ikat tali sambungan kayu sebagai berikut 1 ikatan palang adalah pengikat tiang dan batang arah memanjang horisontal; 2 ikatan silang mati adalah ikatan batang diagonal dengan kestabilan dan kekokohan yang mantap; 3 ikatan si-lang bergerak adalah ikatan penguatan dua batang sejajar dan dibuat dengan bentuk silang Wijayanti, 2008. ...... Jenisjenis ikat tali sambungan kayu sebagai berikut 1 ikatan palang adalah pengikat tiang dan batang arah memanjang horisontal; 2 ikatan silang mati adalah ikatan batang diagonal dengan kestabilan dan kekokohan yang mantap; 3 ikatan si-lang bergerak adalah ikatan penguatan dua batang sejajar dan dibuat dengan bentuk silang Wijayanti, 2008. Seiring waktu, alat ikat kayu rumah tradisional berkembang menjadi bahan ikat moderen seperti kawat besi dan tali plastik Maurina, 2014. Salah satu alat sambung yang ekonomis, moderen, dan tersedia adalah paku. ...Putra Wijaya Muhammad Arsyady UmarMuhammad ArsyadThe technique of binding wood construction in Tolaki vernacular houses tends to fade due to esotericism. This research is important as follows 1 to uncover and preserve Tolaki's architectural identity in the form of wood-binding techniques; 2 to enrich the Southeast Sulawesi architecture literature in particular and Indonesian architecture in general. This research is intended to formulate the wood construction binding technique in Tolaki vernacular house. This research uses a case study method with a qualitative approach. Data sources consist of primary data and secondary data. This research uses triangulation data collection techniques. The method of data analysis is carried out by means of information organized, information and codefication studied, cases and contexts described, findings interpreted, and findings presented narratively. The study concluded that the construction of wood in the Tolaki vernacular house consisted of 12 twelve connective techniques as follows first, peusu temomo, peusu kinalase, peusu pinewaāa, peusu pinepuhe, peusu niranggia, and peusu tundo ndowaea are included in the category of cross ties; second, peusu kinalili and peusu pinekalo are included in the category of dead cross ties; third, peusu pinepuhu, peusu sinemba, peusu mbekale, and peusu sinemba aso hara are included in the category of mobile cross ties.... Keutungan lain yang dimaksud terutama disebabkan karena bambu memiliki karakter yang fleksibel mudah dibentuk, berpotensi untuk bentukbentuk lengkung bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya. Potensi ini yang digunakan oleh para perancang untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang Maurina, 2014. Penelitian tentang bambu sebagai bahan material bukanlah hal yang baru, karena telah dilakukan sejak zaman Dinasti Jin di China terutama pada tahun 265-420 Masehi. ...... Bambu sebagai bahan bangunan berbentuk bulat digunakan untuk kolom [8], balok dan plat sedangkan dalam bentuk anyaman untuk bahan dinding, langit-langit, daun pintu dan jendela [9]. Sambungan bambu dapat dilakukan dengan sistem pasak tali atau ijuk dilakukan dengan sistem pasak tali atau ijuk. ...Bamboo has kg/cm2 tensile strength, so it becomes a substitute for reinforced concrete steel reinforcement. Makes bamboo has the potential to continue to be developed as a construction material not only for simple buildings but for more complex buildings. The elastic nature of bamboo, the bamboo structure has a high resistance to both wind and earthquake, where the MOE Modulus of Elasticity of kg/cm2, MOR Modulus of Rupture of 886 kg/cm2, and compressive strength of 347 kg of fiber parallel on cm2. Analysis using SNI 1727-2013 for loading, SNI 1726-2012 for earthquake loading. Modeling and analysis of internal forces on structures using the software Sap2000 The results of the upper structure of the dimensions of the bamboo frame diameter 120 mm and bamboo rafts diameter 80 mm. The superstructure on the bamboo column diameter 150 mm and bamboo beam diameter 150 mm. Planning bamboo plates with diameter 80 mm. Substructure with concrete material the size of the footing m x m and m x m for anchor planning using bolt dimensions mm with the number of bolts as many as two pieces. BjĆørn Normann SandakerIn this richly illustrated book with many practical examples, Bjorn Sandaker provides readers with a better understanding of the relationship between technology and architecture. As an experienced teacher and writer, Sandaker offers a well-founded aesthetic theory to support the understanding and evaluation of a structure's form and design, examining concepts and viewpoints from both the professions of engineering and architecture. Comprehensively covering structure and aesthetics, this book is ideal for students, professionals and academics in the areas of architecture and and ArchitectureAngus J MacdonaldMacdonald, Angus J. 2001, Structure and Architecture. Second Edition, Reed Educational and Professional Publishing Ltd, FrickFrick, Heinz 2004, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Kanisius, Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi Bambu pada 'Sakti Dining Room' Puri Ahimsa, Bali, Skripsi -Tidak terpublikasiBjorn N SandakerStrukturJakarta ErlanggaSinartoSandaker, Bjorn N. 2008, On Span and Space Exploring Structure in Architecture, Routledge, New York Schodek, Daniel 1999, Struktur, Erlangga, Jakarta Sinarto, Yohanes 2014, Integrasi Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi Bambu pada 'Sakti Dining Room' Puri Ahimsa, Bali, Skripsi -Tidak terpublikasi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Construction with Bamboo -Bamboo Connections, Seite 3 von 23